tribuntimes - Keterbatasan penyediaan bahan bakar minyak di SPBU milik swasta berdampak pada kelangkaan bahan bakar bekualitas yang memberikan dampak langsung ke masyarakat.
Fenomena terbatasnya ketersediaan BBM pada SPBU swasta berdampak pada mobilitas masyarakat yang menggunakan BBM produk swasta untuk kebutuhan sehari hari. SPBU swasta yang belum tersebar di seluruh wilayah Indonesia kini ruang gerak nya dibatasi dengan langkanya ketersediaan Bahan Bakar Minyak. Isu ini melebar terhadap pemberlakuan pemberhentian karyawan SPBU swasta di wilayah Indonesia akibat menipisnya stok Bahan Bakar ini. Seluruh karyawan yang sudah bekerja lama di perusahaan swasta ini harus rela dirumahkan dari pekerjaannya imbas dari kebijkan impor terbaru.
Seperti yang terjadi di wilayah Bekasi Jawa Barat, efek kosong nya ketersediaan BBM separuh pegawai SPBU Shell terancam menjadi penangguran. Kemungkinan ini akan sangat bisa terjadi pada september mendatang ketika seluruh stok Bahan Bakar sudah habis di SPBU Shell. Mayarakat menuntut Pemerintah untuk melakukan evaluasi kembali perihal kebijakan impor terbaru yang membatasi impor Bahan Bakar melalui satu pintu. Wacana ini digagas agar para pelaku usaha Bahan Bakar swasta unuk melakukan kerja sama dengan Pertamina untuk impor Bahan Bakar.
Separuh Karyawan SPBU Swasta Terancam Menjadi Pengangguran
Menurut informasi yang beredar untuk SPBU Shell kini hanya menjual Shell Super (RON 92) yang akan habis pada bulan September. Sementara untuk stok Bahan Bakar Diesel masih tersedia banyak, sedangkan jenis V-Power (RON 95) sudah lama mengalamin kekosongan stok. Bila nanti stok BBM sudah habis total Shell akan memperkuat sarananya dalam bidang bengkel dan pelumas Shell agar bisnis berjalan. Jika memang kekosongan stok Bahan Bakar Minyak ini terjadi ada separuh karyawan yang akan terancam kehilangan pekerjaannya.
Pihak swasta hingga kini masih menunggu konfirmasi dari Pemerintah perihal ketersediaan stok Bahan Bakar Minyak di SPBU swasta tersebut. Hingga kini masih terlihat beberapa SPBU swasta yang tetap beroperasi untuk menjual sisa stok produknya seperti, Shell Select, Shell Recharge. Langkah ini dilakukan untuk memastikan seluruh karyawan Shell yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia tidak kehilangan pekerjaan. Kendati demikian pihak Shell akan terus berupaya untuk memastikan kelangsungan pendistribusian BBM atau SPBU Shell sampai pemberitahuan info lebih lanjut.
Kepastian Dalam Ketersediaan Stok BBM Di SPBU Swasta
Hingga kini para pelaku usaha BBM swasta masih menunggu respon Pemerintah terhadap fenomena kelangkaan stok BBM untuk SPBU swasta. Pemerintah melalui Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengirimkan sinyal perihal kelangkaan stok Bahan Bakar Minyak di SPBU swasta. Menteri ESDM mengatakan Pemerintah tidak akan melakukan pembukaan impor tambahan Bahan Bakar Mintak non subsidi kepada SPBU swasta. Bahlil juga menambahkan pihaknya telah menambah kuota impor untuk swasta sebesar 110 persen dibanding tahun lalu pada tahun 2025. Bahlil menyarankan untuk seluruh pihak swasta melakukan kolaborasi dengan Pertamina dalam merespon kelangkaan stok BBM ini.
Tentunya dengan saran yang diberikan Bahlil mengisyaratkan untuk terjadinya monopoli pasar BBM di Indonesia yang akan dikuasasi oleh Pertamina. Bahlil juga mengatakan akan menambah kuota dan memperbanyak suplai BBM untuk masyarakat melalui pertamina. Jika memang akan terjadi monopoli pasar yang dilakukan Pemerintah tentunya ini akan berdampak buruk dalam sektor investasi asing. Perlahan lahan SPBU swasta yang mengalami kekosongan stok akan bangkrut dan itu berdampak dengan penanaman modal asing di Indonesia.
BACA JUGA ARTIKEL SEBELUMNYA :
Keterlibatan Pertamina Dalam Kelangkaan BBM Impor